Bagi kamu yang pernah atau suka berpergian ke Yogyakarta, pasti sudah tidak asing dengan Gudeg, bukan? Gudeg sendiri merupakan makanan khas Yogyakarta yang populer dan disukai oleh segala kalangan.
Namun, kamu sudah pernah dengar tentang sejarah makanan yang satu ini, belum? Dibalik rasanya yang nikmat, ternyata gudeg memiliki cerita dan sejarah yang menarik lho!
Gimana? Kamu penasaran, bukan? Yuk, langsung saja telusuri artikel ini untuk mengetahui selengkapnya tentang sejarah gudeg kuliner khas Yogyakarta!
Baca juga: Sejarah Teh, Daun Yang Tak Sengaja Ditemukan
Jenis gudeg
Ada dua jenis gudeg yang terbuat dari gori, yakni gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg biasanya disajikan bersama tahu, tempe, ayam, atau telur, yang dimasak dengan cara dibacem, dan tentunya dimakan dengan nasi putih.
Selain dari gori, gudeg juga bisa dibuat dengan putik bunga kelapa atau manggar, terkadang ditambahkan rebung alias bambu muda dan potongan daging. Gudeg manggar memiliki citarasa yang unik, teksturnya liat, dan tidak terlalu manis seperti gudeg nangka.
Akibat langkanya bahan, gudeg manggar kini agak sulit ditemui. Meski begitu, masih ada beberapa tempat di Yogyakarta yang menyediakan gudeg jenis ini.
Gudeg manggar justru kerap disajikan di resto-resto khusus atau di hotel-hotel berbintang. Sebab, konon jenis gudeg yang satu ini digemari oleh keluarga Keraton Yogyakarta.
Sejarah
Bicara soal gudeg, makanan yang satu ini punya sejarah panjang. Jenis makanan ini bahkan sudah ada, sebelum Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta berdiri. Konon, resep gudeg ditemukan pada masa Panembahan Senopati (1587-1601), pendiri Kesultanan Mataram Islam yang juga kakek Sultan Agung.
Saat hendak mendirikan Kesultanan Mataram Islam, Panembahan Senopati harus membuka hutan belantara yang dikenal sebutan Alas Mentaok. Para prajurit dan kaum pekerja bersama-sama membabat hutan yang kelak bernama Yogyakarta ini. Ternyata, di hutan ini banyak terdapat pohon nangka dan pohon kelapa.
Nangka muda dan kelapa itu, kemudian diolah untuk santapan bersama. Nangka muda dimasak dengan santan dari kelapa ditambah gula aren, berbagai macam bumbu, serta rempah-rempah. Lalu, semua bahan di dalam kuali besar itu diaduk-aduk dengan menggunakan sendok besar mirip dayung. Maka dari itu, tercetuslah istilah han gudeg yang berarti “diaduk-aduk”. Jadi, makanan tersebut pada akhirnya dikenal dengan sebutan gudeg.
Itulah sejarah dari kuliner khas Yogyakarta, gudeg! Gimana? Menarik, bukan? Ternyata dibalik rasa dan kepopulerannya, makanan ini juga punya kisah menarik untuk disimak. Yuk, baca sejarah kuliner lainnya di laman JadiLaper!
Baca juga: Sejarah Rujak Cingur Khas Surabaya