Jika berbicara tentang bubur merah putih, sudah pasti tak terlepas dari sebuah tradisi atau perayaan. Jenang atau bubur yang berwarna merah dan putih ini menyimpan banyak makna tersirat di baliknya.
Menjadi makanan khas masyarakat Jawa, biasanya hidangan ini disajikan di berbagai perayaan. Misalnya saja, perayaan tahun baru Islam. Kehadiran bubur yang satu ini adalah sebagai simbol rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa agar masyarakat selalu diberi keselamatan dan kesehatan.
Tentu saja, ada cerita tersembunyi yang membuat bubur ini menjadi hidangan yang penuh makna. Ingin tahu lebih lanjut tentang bubur yang satu ini? Simak terus pembahasannya berikut ini, ya!
Baca juga: Esteh Indonesia Resmi Jadi Badan Usaha Milik Nagita
Bubur merah putih sebagai simbolisasi awal kehidupan
Keberadaan bubur khas Jawa ini ternyata bisa ditelusuri melalui kisah prasejarah Islam, lebih tepatnya di era Hindu. Hal ini dibuktikan dengan adanya cara pengolahan bubur merah putih yang tercatat di dalam prasasti pada era tersebut.
Bubur atau jenang ini dianggap sebagai simbolisasi awal mula kehidupan manusia. Tekstur bubur yang lebih cair daripada nasi, membuat hidangan ini cocok sekali untuk makanan bayi. Berkat bubur sebagai makanan pertama, seorang bayi sudah pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga ia menjadi dewasa.
Makna warna merah dan putih
Tidak seperti bubur yang sering dijumpai, bubur khas Jawa ini memanglah unik. Bukan hanya warna putih, warna merah juga turut serta menghiasi satu porsi hidangan yang penuh makna ini. Bubur putih diolah menggunakan beras ketan, sedangkan bubur merah dimasak dengan gula merah sehingga warnanya menjadi merah gelap.
Umumnya warna putih bermakna suci, sementara warna merah berarti berani. Namun, makna kedua warna tersebut lebih dalam dari yang dibayangkan. Warna putih disimbolkan sebagai warna sperma yang berasal dari laki-laki. Sementara itu, warna merah melambangkan indung telur milik wanita. Jika keduanya bersatu, maka terlahirlah seorang bayi di dunia.
Analogi tersebut merupakan representasi adanya awal kehidupan baru. Maka dari itu, sering kali tradisi kelahiran dan pemberian nama anak selalu disertai dengan hadirnya bubur khas Jawa ini.
Mitos di balik proses pengolahannya
Usut punya usut, ada syarat khusus ketika memasak bubur khas Jawa ini. Untuk wanita, dilarang memasaknya ketika sedang datang bulan. Namun, hal ini dianggap mitos karena sebenarnya syarat tersebut hanya untuk kepentingan kebersihan.
Biasanya bubur khas Jawa tersebut disajikan bersama sesajen rokok kretek, uang koin, dan ayam ingkung. Masyarakat setempat percaya bahwa sajian ini dimaksudkan sebagai pengantar doa keselamatan dan kesehatan kepada Sang Pencipta.
Itulah informasi lengkap mengenai bubur merah putih. Bukan hanya sekedar unik, namun ada filosofi mendalam yang ada di baliknya. Apakah kamu sudah coba bubur khas Jawa yang satu ini?
Baca juga: Kisah Penjual Tokyo Sushi, Mantan Chef di Amerika