Sejarah Hingga Makna Filosofis Bacang, Makanan Khas Asli Tionghoa yang Enak

makna filosofis bacang

Daftar Isi

Makna filosofis bacang atau dikenal juga sebagai zongzi belum banyak diketahui pecinta kuliner. Ya, bacang merupakan salah satu makanan tradisional yang memiliki sejarah panjang dan makna filosofis yang dalam. Berasal dari budaya Tionghoa, bacang adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus daun bambu dan diisi dengan berbagai bahan seperti daging, kacang-kacangan, dan jamur. 

Di Indonesia, bacang seringkali diartikan sebagai makanan yang dihidangkan dalam rangkaian perayaan Duanwu Festival atau lebih dikenal sebagai Festival Naga Boat. Penasaran dengan informasi lengkap terkait bacang? Yuk simak pembahasan JadiLaper berikut!

Baca juga: Wajib Dijajal! 7 Jajanan Kaki Lima Khas Taiwan

Makna Filosofis Bacang yang Patut Kamu Ketahui

Ilustrasi Makna Filosofis Bacang. (Sumber: Fimela)

Sejarah Bacang

Bacang memiliki sejarah yang berasal dari lebih dari 2.000 tahun yang lalu, dimulai dari kisah yang terkait dengan Qu Yuan, seorang penyair terkenal di Tiongkok kuno. Qu Yuan adalah seorang pejabat negara yang dikhianati dan diasingkan oleh raja karena pendapatnya yang jujur. Pada tahun 278 SM, setelah negaranya jatuh ke tangan musuh, Qu Yuan bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo.

Masyarakat setempat yang mencintainya kemudian membuat zongzi (bacang) dengan melemparkannya ke sungai sebagai makanan untuk mencegah ikan memakan tubuhnya. Mereka juga memayungi perahu dan menggunakan dayung untuk mencari tubuhnya. Akhirnya, tradisi tersebut berkembang menjadi perayaan tahunan yang dikenal sebagai Duanwu Festival, yang juga menjadi festival perayaan musim panas dan memperingati kebaikan Qu Yuan.

Variasi Bacang di Seluruh Dunia

Bacang tidak hanya dikenal di Tiongkok, tetapi juga menyebar ke berbagai negara Asia lainnya dan komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Setiap wilayah memiliki versi dan variasi unik dari bacang, tergantung pada bahan-bahan yang tersedia dan preferensi lokal. Di Indonesia, bacang juga menjadi bagian dari kebudayaan kuliner Tionghoa-Indonesia dan seringkali disajikan sebagai hidangan khas selama perayaan Duanwu Festival.

Bahan Utama dan Cara Pembuatan Bacang

Bacang dibuat dengan memasukkan beras ketan yang sudah direndam ke dalam daun bambu atau daun alami lainnya. Bahan isiannya bisa beragam, seperti daging babi, ayam, telur, jamur, kacang-kacangan, dan kadang-kadang dilengkapi dengan tambahan gula untuk varian manis. Daun bambu diikat dengan tali atau benang dari anyaman bambu, kemudian direbus atau dikukus untuk waktu yang lama agar beras ketan matang dan bahan isiannya menjadi lembut dan tercampur dengan sempurna.

Makna Filosofis Bacang

Filosofi di balik bacang adalah simbol dari penghormatan terhadap tradisi, keberanian, dan persatuan. Bacang mengandung makna kebaikan moral dan budaya yang melekat pada kisah Qu Yuan dan perayaan Duanwu. Dalam banyak budaya, bacang juga dianggap sebagai simbol keberuntungan, keberanian, dan harapan untuk masa depan yang cerah.

Di tengah kemajuan zaman, tradisi pembuatan bacang telah berubah dan berkembang, tetapi maknanya sebagai lambang kesatuan, kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur tetap terjaga. Setiap gigitan bacang membawa pengingat akan nilai-nilai ini, membuatnya tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Bacang adalah lebih dari sekadar makanan; ia adalah simbol kearifan budaya dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Dengan mengenali sejarahnya yang kaya dan makna filosofisnya yang dalam, kita dapat lebih menghargai nilai-nilai tradisional yang tersimpan dalam setiap sajian bacang. 

Selamat menikmati kelezatan bacang dan merayakan warisan budaya yang luar biasa ini bersama keluarga dan teman-teman Anda!


Itu dia makna filosofis bacang dan sejarahnya yang mungkin belum kamu ketahui. Jika penasaran dengan jajanan khas Tionghoa lainnya, kamu bisa cari informasi kuliner lewat artikel terbaru di laman JadiLaper ya!

Baca juga: Makanan Chinese yang Diadaptasi oleh Orang Indonesia

Share this post

Facebook
Twitter
WhatsApp