Cloud Kitchen, Solusi Bisnis F&B di Tengah Pandemi

Ilustrasi Cloud Kitchen. (sumber: Unsplash)

Daftar Isi

Masa – masa pandemi memang bukanlah waktu yang tepat untuk memulai bisnis F&B. Namun kini telah ramai bermunculan restoran – restoran yang menggunakan konsep Cloud Kitchen agar bisnis mereka tetap bertahan.

Cloud Kitchen atau yang biasa disebut juga dengan ghost kitchen adalah suatu restoran dengan konsep pelayanan hanya melayani untuk jasa pengiriman makanan saja, tanpa adanya lokasi untuk dine-in.

Konsep ini lambat laun mulai dikenal banyak kalangan, dan mulai diterapkan oleh banyak pihak. Mengingat, ditengah pandemi ini penjualan secara keseluruhan menurun sedangkan biaya operasional tetap sama atau bahkan meningkat. Dengan konsep ini, maka biaya operasional suatu bisnis F&B akan jauh lebih rendah, karena dengan memangkas seperti biaya listrik, air, gaji karyawan, dan maintenance

Restoran yang menerapkan konsep Cloud Kitchen ini pada umumnya menyediakan layanan delivery atau pengantaran yang disediakan langsung oleh pihak restoran itu sendiri. Bahkan, restoran dengan konsep Cloud Kitchen ini juga umumnya melakukan kerja sama dengan layanan pesan antar dari pihak ketiga. Misalnya, Go-Food ataupun GrabFood di Indonesia.

Baca juga: Subway Siap Melakukan Comeback di Indonesia

Higher income with lower cost

Cloud Kitchen memiliki banyak keuntungan dibanding konsep restoran yang konvensional. Salah satunya yang sudah kita sebutkan tadi, biaya operasional yang lebih rendah. Biaya yang paling banyak terpangkas adalah biaya untuk sewa gedung contohnya.

Apabila pada konsep restoran konvensional kita harus membayar sejumlah uang yang tidak murah untuk sebuah gedung dengan lokasi yang strategis. Cloud Kitchen hanya sekedar memerlukan tempat yang fungsional dan pastinya higienis.

Konsep ini juga meminimalisir kebutuhan akan tenaga kerja atau karyawan. Mungkin terdengar buruk dari berbagai sudut pandang, namun apabila kita melihat dari segi bisnis. Uang yang seharusnya kita keluarkan untuk biaya gaji karyawan, dapat kita alokasikan untuk peningkatan kualitas produk dari segi bahan atau packaging. 

Dengan begitu, untuk berbisnis F&B memerlukan modal yang minim dengan konsep Cloud Kitchen ini. Dan juga akan membuka peluang untuk para pebisnis agar bisa lebih fleksibel dalam menjual sesuatu secara lebih inovatif. Dengan tingkat risiko yang lebih kecil, kita bisa bereksperimen dengan produk kita sehingga meningkatkan kualitas dari produk kita sendiri.

Ilustrasi work from home

Potensi Cloud Kitchen di Tengah Pandemi

Rasa malas dan takut untuk bepergian menjadi salah satu faktor pendukung bisnis restoran berbasis Cloud Kitchen saat ini. Pelanggan sudah mulai familiar  dengan jasa pesan antar makanan melalui aplikasi dalam smartphonenya. Bahkan, beberapa pengusaha restoran konvensional pun mengakui bahwa mereka mengalami penurunan jumlah pelanggan yang melakukan dine-in dan lebih banyak yang menerima pesanan delivery.

Hal tersebut menimbulkan satu asumsi bahwa, pelanggan atau katakanlah masyarakat Indonesia saat ini, lebih memilih untuk memesan makanan melalui aplikasi secara online dan menunggu untuk makanan itu diantarkan ke lokasi, sembari mengerjakan sesuatu yang lebih penting. Daripada harus mengeluarkan biaya lebih untuk datang ke lokasi restoran dan dine-in.


Bisa dibilang konsep Cloud Kitchen ini adalah ‘masa depan’ dari industri/bisnis F&B yang akan datang. Low cost & more income menjadi daya tarik utama banyaknya restoran yang mengadopsi konsep ini. Meskipun begitu, tidak semua jenis bisnis F&B dapat menerapkan konsep ini.

Share this post

Facebook
Twitter
WhatsApp