Bubur saren atau yang juga dikenal sebagai bursaren adalah salah satu kuliner tempo dulu yang berasal dari Yogyakarta. Meski memiliki cita rasa yang sangat khas, sayangnya keberadaannya semakin langka dan sulit ditemukan di zaman sekarang.
angan bubur ini terbuat dari bahan dasar tepung ketan dan gula merah dengan tambahan santan kelapa sebagai pelengkap. Tidak hanya itu, bubur saren juga memiliki rasa rempah yang khas berkat penggunaan jahe dan cengkeh sebagai bumbu tambahan. Selain itu, warna hitam pada hidangan ini berasal dari tepung omah atau tepung yang dibuat dari abu merang/batang padi.
Ketika disajikan dalam bungkus daun pisang, ada sensasi rasa yang kompleks dan kaya, dengan gula Jawa sebagai pemanis alami yang memberikan rasa manis dan santan kelapa yang memberikan rasa gurih. Sementara rempah yang dipakai akan meninggalkan rasa pedas yang hangat di lidah.
Baca juga: Resep Tinutuan, Bubur Khas Manado yang Pasti Enak
Keberadaan Bubur Saren
Sayangnya, keberadaan bubur saren semakin langka dan sulit ditemukan di masa sekarang. Hidangan tradisional ini hanya tersedia di beberapa tempat seperti Njeron Beteng, Pasar Pathuk, dan terkadang di pasar-pasar gede seperti Pasar Kotagede atau Pasar Godean di Yogyakarta.
Di Solo, bubur saren dikenal dengan sebutan jenang saren dan biasanya dijual di Pasar Gede. Selain itu, jenang saren juga dapat ditemukan di Demak dan sekitarnya, namun memiliki perbedaan dalam cara pembuatan dan bahan-bahannya. Beberapa penjual jenang saren menggunakan abu dari klaras atau daun pisang kering sebagai bahan pembuatannya.
Dawud Achroni, penulis buku Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka, memasukkan jenang saren sebagai salah satu kuliner khas yang harus dilestarikan. Sayangnya, keberadaan bubur saren atau jenang saren kalah bersaing dengan kuliner kekinian yang lebih populer di kalangan masyarakat.
Padahal, rasa khas hidangan ini sangat cocok disantap saat badan terasa kurang enak atau saat hawa sedang dingin. Selain itu, rempah-rempah yang terkandung di dalamnya juga memiliki manfaat baik bagi tubuh.
Meski tidak memiliki peran penting dalam upacara ritual adat, keberadaan bubur saren yang semakin langka merupakan hal yang memprihatinkan bagi penikmat kuliner tradisional. Oleh karena itu, kita harus melestarikan keberadaan hidangan tradisional ini agar kuliner khas Yogyakarta dan Solo ini tetap terjaga keberlangsungannya.
Baca juga: Tips Memasak Sagu Mutiara agar Tidak Hancur, Ayo Simak!