Makanan dan minuman fermentasi sebenarnya ada di berbagai belahan dunia. Fermentasi adalah teknik konservasi makanan yang telah digunakan selama ribuan tahun di berbagai budaya di seluruh dunia.
Selain meningkatkan umur simpan makanan, proses fermentasi juga menambah rasa dan menawarkan berbagai manfaat kesehatan. Lalu, apa saja daftar makanan dan minuman berbagai negara yang diolah dengan cara difermentasi? Jika penasaran dengan makanannya, berikut penjelasan Jadilaper!
Baca juga: 7 Makanan Aneh dan Unik yang Hanya Ditemukan di Negara Tertentu, Berani Coba?
Makanan dan Minuman Fermentasi yang Perlu Diketahui
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa makanan dan minuman fermentasi dari berbagai negara, serta manfaat kesehatan dan cara membuatnya di rumah. Yuk, simak!
Miso dari Jepang: Pasta Fermentasi yang Kaya Umami
Miso adalah pasta fermentasi yang terbuat dari kedelai, garam, dan kultur ragi. Proses fermentasi ini memberikan miso rasa umami yang khas dan mendalam. Selain sebagai bahan dasar sup miso, pasta ini juga bisa digunakan sebagai bumbu dalam berbagai hidangan. Miso kaya akan probiotik, yang baik untuk kesehatan pencernaan, serta vitamin dan mineral seperti vitamin B12, magnesium, dan zink.
Untuk membuat miso di rumah, campurkan kedelai yang sudah direndam dan dimasak dengan koji (kultur ragi), garam, dan biarkan fermentasi selama beberapa bulan hingga rasa dan teksturnya mencapai kekuatan yang diinginkan.
Kefir dari Kaukasus: Minuman Fermentasi Berbasis Susu
Kefir adalah minuman fermentasi berbasis susu yang berasal dari wilayah Kaukasus. Minuman ini dihasilkan dengan menambahkan “grains” kefir, yang merupakan kumpulan mikroorganisme, ke dalam susu. Kefir memiliki rasa asam dan sedikit berkarbonasi serta kaya akan probiotik, vitamin B12, kalsium, dan protein.
Untuk membuat kefir di rumah, tambahkan biji kefir ke dalam susu segar dan biarkan fermentasi pada suhu kamar selama 24-48 jam. Setelah fermentasi, saring biji kefir dan simpan kefir dalam kulkas.
Sauerkraut dari Jerman: Kubis Fermentasi yang Sehat
Sauerkraut adalah kubis yang difermentasi dengan garam, menghasilkan makanan dengan rasa asam dan sedikit crunchy. Proses fermentasi ini meningkatkan kandungan vitamin C, serat, dan probiotik dalam sauerkraut. Makanan ini sering digunakan sebagai pendamping hidangan daging, seperti bratwurst.
Untuk membuat sauerkraut, iris tipis kubis, campurkan dengan garam, dan tekan hingga kubis terendam dalam cairan yang dikeluarkan. Fermentasi selama 1-4 minggu pada suhu kamar. Sauerkraut siap dinikmati setelah rasa asam yang diinginkan tercapai.
Kimchi dari Korea: Fermentasi Sayuran yang Pedas
Kimchi adalah makanan fermentasi tradisional Korea yang terbuat dari sayuran, biasanya kubis napa, yang dibumbui dengan pasta cabai, bawang putih, jahe, dan berbagai rempah. Kimchi dikenal dengan rasa pedas dan asamnya yang khas. Selain rasanya yang lezat, kimchi juga menawarkan manfaat probiotik yang baik untuk pencernaan.
Untuk membuat kimchi di rumah, campurkan kubis dengan garam dan biarkan selama beberapa jam. Bilas, lalu campurkan dengan bumbu kimchi dan fermentasi dalam wadah tertutup selama 1-2 minggu di suhu kamar.
Tempeh dari Indonesia: Fermentasi Kedelai yang Bergizi
Tempeh adalah produk fermentasi kedelai yang berasal dari Indonesia. Berbeda dengan tofu, tempeh memiliki tekstur padat dan rasa yang lebih kuat karena proses fermentasi. Tempeh kaya akan protein, serat, dan vitamin B. Proses fermentasi juga membuatnya lebih mudah dicerna dibandingkan kedelai mentah.
Untuk membuat tempeh, rendam kedelai semalaman, rebus, dan campurkan dengan ragi tempeh. Bungkus kedelai yang sudah difermentasi dalam daun pisang atau plastik, dan biarkan fermentasi selama 24-48 jam pada suhu hangat.
Kombucha dari China: Teh Fermentasi yang Menyegarkan
Kombucha adalah minuman teh fermentasi yang berasal dari China, dikenal dengan rasanya yang asam dan sedikit berkarbonasi. Proses fermentasi menggunakan kultur simbiotik bakteri dan ragi (SCOBY) mengubah gula dalam teh menjadi asam, gas, dan alkohol dalam jumlah kecil. Kombucha mengandung probiotik, vitamin B, dan asam organik yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan.
Untuk membuat kombucha, seduh teh, tambahkan gula, dan biarkan dingin. Tambahkan SCOBY dan fermentasi selama 7-14 hari pada suhu kamar. Setelah fermentasi, saring dan simpan dalam botol tertutup.
Natto dari Jepang: Kedelai Fermentasi yang Unik
Natto adalah makanan fermentasi Jepang yang terbuat dari kedelai yang difermentasi dengan bakteri Bacillus subtilis. Kedelai ini memiliki tekstur lengket dan aroma yang kuat. Natto kaya akan vitamin K2, yang penting untuk kesehatan tulang, serta probiotik yang mendukung kesehatan pencernaan.
Untuk membuat natto, rendam kedelai semalaman, kukus, dan campurkan dengan kultur bakteri. Fermentasi selama 24 jam pada suhu hangat, lalu simpan dalam kulkas.
Lacto-Fermented Pickles dari Eropa: Acar dengan Probiotik
Acar yang difermentasi secara alami menggunakan bakteri asam laktat menawarkan manfaat probiotik yang baik untuk pencernaan. Berbeda dengan acar yang diasamkan dengan cuka, fermentasi laktat memberikan rasa yang lebih kompleks dan manfaat kesehatan tambahan. Acar ini bisa terbuat dari berbagai jenis sayuran seperti timun, wortel, atau kembang kol.
Untuk membuat pickles fermentasi, campurkan sayuran dengan garam dan air. Tambahkan bumbu sesuai selera dan fermentasi dalam wadah tertutup selama beberapa minggu pada suhu kamar.
Makanan dan minuman fermentasi menawarkan keanekaragaman rasa dan manfaat kesehatan yang kaya. Dari miso Jepang hingga kimchi Korea, setiap makanan fermentasi memiliki karakteristik unik dan manfaatnya sendiri.
Proses fermentasi tidak hanya menambah kedalaman rasa tetapi juga mendukung kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Dengan mencoba membuat beberapa makanan dan minuman fermentasi ini di rumah, kamu bisa menikmati keuntungan gizi sambil mengeksplorasi berbagai tradisi kuliner dari seluruh dunia.
Baca juga: 7 Rekomendasi Makanan Pedas Berkuah, Cocok Dinikmati Saat Hujan!